Diberdayakan oleh Blogger.

Translate


RSS

Selasa, 17 Juli 2012

MENJAUHI SIFAT SOMBONG


 Oleh: Ustadz Abu Mahir Nanang Zakaria,S.Pd.I
Para pembaca muslim yang dirahmati Allah Ta’ala. Sombong adalah sikap merasa tinggi dan meyakini bahwa dirinya besar, berada di atas orang lain, dia mempunyai kelebihan dari orang lain. Maka orang yang kaya akan merasa sombong manakala ia menganggap bahwa dirinya mempunyai kelebihan atas orang lain, sehingga ia meremehkan dan merendahkan orang lain. Seseorang yang memiliki kedudukan dan jabatan juga akan merasa sombong jika ia menganggap bahwa dirinya berada di atas orang lain, sehingga ia meremehkan dan merendahkan orang lain. Seorang ‘Alim yang mempunyai banyak ilmu pun bisa saja terkena penyakit sombong. Untuk itulah hendaknya kita berhati- hati agar kita terhindar dari sifat ini. Karena sifat sombong merupakan sifat iblis. Sebagaimana yang Allah terangkan di dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan sombong dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah [2]:34)
Sombong merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sombong juga merupakan sifat para penghuni Neraka. Untuk itulah Allah dengan tegas melarang manusia untuk berlaku sombong di dunia ini. Sebagaimana dibeberapa firman-Nya:
Artinya:”Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash [28]: 83)
Artinya: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Al-Isra’ [17]: 37)
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman [31]: 18)
                Rasulullah shallaLlahu alaihi wasallam membagi sombong menjadi dua, yakni sombong terhadap kebenaran dan sombong terhadap manusia. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر فقال رجل : إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنا قال: إن الله جميل يحب الجمال، الكبر بطـر الحق وغمط النـــاس (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyaLlahu anhu meriwayatkan dari Nabi shallaLlahu alaihi wasallam bersabda: Tidak akan masuk surga barangsiapa di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Seseorang bertanya: Sesungguhnya ada seorang lelaki yang senang bajunya bagus dan sandalnya bagus. Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai hal-hal yang indah. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang. (HR. Muslim)
Dari hadits di atas Rasulullah shallaLlahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa, seseorang yang di dalam hatinya masih tersisa kesombongan walaupun sekecil biji sawi atau yang lebih kecil daripada itu ketika ia meninggal dunia, ia tidak akan dapat masuk surga, kecuali setelah ia disiksa di Neraka sehingga hilanglah dosa kesombongannya.
Dari hadits di atas juga dapat kita ketahui bahwa sombong itu terbagi menjadi dua yakni, Sombong kepada kebenaran dan sombong terhadap manusia.
                Seseorang yang suka memakai pakaian yang bagus, sepatu atau sandal yang bagus, kita  tidak boleh menilainya bahwa orang tersebut sombong, karena islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga penampilan. Karena Allah itu Maha Indah dan menyukai hal-hal yang indah Kecuali jika ia memakai pakaian yang bagus dengan tujuan pamer kepada orang lain atau agar disanjung oleh orang lain, maka ia telah berlaku sombong. Namun begitu kita tetap tidak diperkenankan untk menilai orang dari sisi lahiriah.
                Sombong kepada kebenaran maksudnya adalah seseorang yang menolak dan tidak mau menerima kebenaran. Hal ini terjadi ketika ia merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan atas orang lain. Seseorang tidak mau menerima kebenaran atau menolak kebenaran karena ia merasa lebih kaya, lebih tinggi derajat dan jabatannya, serta lebih banyak ilmunya, sehingga ia merasa jika ia menerima kebenaran dari orang yang menurutnya rendah akan menurunkan derajatnya. Maka islam mengajarkan kepada kita “lihatlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan.” Adapun sombong kepada manusia maksudnya adalah ia menganggap remeh dan merendahkan orang lain, karena ia merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan atas orang lain.
                Rasulullah shallaLlahu alaihi wasallam menyampaikan bahwa orang yang sombong merupakan penghuni neraka. Sebagaimana dalam sebuah hadits diterangkan:
عن حــار ثة بن وهــب رضي الله عنه قال سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ألا أخـبركم بأهل النار؟ كل عتل جواظ مستكبر (متفق عليه)
Dari Haritsah bin Wahab radhiyaLlahu anhu dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallaLlahu alaihi wasallam bersabda: Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni neraka? Mereka adalah orang yang kaku dan kasar, berakhlak sangat buruk dan sombong. (Muttafaq alaihi)
Balasan bagi orang yang sombong adalah neraka sebagaimana hadits di atas. Maka para pembaca Muslim yang di rahmati Allah Ta’ala marilah kita berusaha untuk tidak berlaku sombong. Ingatlah bahwa segala karunia yang ada pada diri kita semata-mata pemberian dari Allah Ta’ala. Sekaya apapun seseorang, ketika ia lahirpun tidak membawa apa-apa bahkan ketika ia meninggal dunia pun hartanya tidak akan ikut dibawa dan tidak akan bermanfaat baginya. Sebagaimana Allah berfirman
“Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.”(Al-Humazah [104]:3-4)
                Setiap kenikmatan dan karunia yang ada pada diri seseorang merupakan pemberian dari Allah Ta’ala. Untuk itu jika kita diberi kelebihan oleh Allah Ta’ala atas orang lain, baik berupa kelebihan harta, jabatan, pangkat atau ilmu hendaknya kita tetap bersikap tawadhu’ (rendah hati). Karena sikap tawadhu’ merupakan obat agar terhindar dari sifat sombong.
Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu’ hingga tidak ada seseorang pun yang membanggakan diri di hadapan orang lain, dan tidak ada seorangpun yang berlaku aniaya terhadap lainnya.”(HR. Muslim). Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar