Diberdayakan oleh Blogger.

Translate


RSS

Senin, 23 Juli 2012

MENGENAL 10 SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SURGA

Oleh: Al Ustadz Abu Mahir Nanang Zakaria,S.Pd.I


Para pembaca muslim yang dirahmati Allah Ta’ala. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dalam ‘Sunan”nya, dari Abdurrahman bin Umaid, dari bapaknya, bahwa Sa’id bin Zaid menceritakan tentang satu kelompok, bahwa Rasulullah shallaLLahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عشرة في الجنة أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان و على والزبير وطلحة وعبد الرحمن و ابو عبيده وسعد بن وقاص
“Sepuluh orang akan masuk surge, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zubair, Thalhah, Abdurrahman, Abu Ubaidah, Sa’ad bin Abi Waqas”
Berkata ayah Abdurrahman: Sa’id bin Zaid menghitung Sembilan orang itu semuanya dan dia diam/ tidak menyebutkan yang ke-10, lalu kaum berkata: kami bersumpah dengan nama Allah bahwa kamu termasuk yang ke-10. Dia menjawab: Kalian menyumpahku dengan nama Allah, Abu A’war (Sa’id bin Zaid) di dalam surga. (HR. At-Tirmidzi)
BIOGRAFI 10 ORANG SAHABAT YANG MENDAPAT JAMINAN MASUK SURGA
1. ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Namanya adalah Abdullah bin Abi Quhafa Utsman bin Amir dari Amran bin Ka’ab bin Sa’d ibn Taimi bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi Al Quraisyi Al Taimi.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah ShallaLLahu alaihi wasallam Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Al-Qur’an (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Disamping itu Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki beberapa keutamaan-keutamaan, antara lain:
1. Beliau adalah orang yang pertama membenarkan peristiwa Isra’ mi’raj
2. Beliau adalah sahabat yang paling berani
3. Beliau adalah sahabat yang paling dermawan
4. Beliau adalah orang yang paling santun
5. Beliau adalah sahabat yang paling Alim
6. Beliau adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam.
7. Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk surga dari umat Nabi Muhammad shallaLLahu alaihi wasallam.
Setelah memegang pemerintahan selama 2 tahun 7 bulan beliau wafat pada usia 63 tahun dan dimakamkan di samping makam Rasulullah , dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. UMAR BIN KHOTHOB
Namanya Ummar bin Khothob bin Nufail bin Abdul Azy bin Rabah bin Qarath bin Razaq bin ‘Ady bin Ka’ab bin Luaiy.  Beliau mempunyai nama kunyah Abu Hafshin, beliau juga memiliki gelar Al-Faruq
Imam An-Nawawi berkata: Umar bin Khothob dilahirkan 13 tahun sesudah tahun Gajah. Masuk Islamnya Umar bin Khothob sangat istimewa karena melalui permohonan RasuluLLah shallaLLahu alaihi wasallam :
“Ya Allah perkuatlah Islam dengan salah satu Umar”(HR. Al Hakim) maksud dari dua umar adalah : Umar bin Khothob dan Amr bin Hisyam (Abu Jahl), setelah berdoa demikian maka Allah Ta’ala mengabulkan doa RasuluLLah shallaLLahu alaihi wasallam dengan memilih Umar bin khothob.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat.
Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun.
Beberapa keutamaan Umar bin Khothob
1. Beliau adalah orang pertama yang mendapat gelar “Amirul Mukminin”
2. Beliau adalah orang pertama yang menetapkan “Tahun Hijriyah”
3. Beliau adalah Khalifah pertama yang mendirikan “Baitul Maal”
4. Beliau adalah khalifah yang sangat sederhana
5. Beliau adalah khlifah yang Adil dan penuh kasih sayang
6. Beliau adalah khalifah pertama yang melakukan ronda malam (keliling untuk mengetahui keadaan rakyatnya)
7. Beliau adalah khalifah pertama yang mengangkat Qadli (hakim) di kota-kota.
Beliau meninggal pada usia 64 tahun karena dibunuh oleh seorang Majusi bernama Abu Lu’Luah budak dari Mughirah. Beliau dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.
Kisah Kasih Sayang Umar bin Khothob
Aslam berkata: Kami keluar bersama Umar radhiyaLLahu anhu hingga sampailah kami di tanah  yang tidak berpasir dan kering, kemudian kami melihat kemah seseorang yang apinya sedang menyala, kemudian kami bergegas mendatangi kemah tersebut. Lalu kami mendengar suara anak-anak kecil menangis Setelah anak-anak itu terdiam, kami memasuki tenda seseorang itu yang ternyata adalah seorang wanita. Umar mengucapkan salam: “Assalamualaikum hai yang mempunyai api”,  Wanita itu menjawab : Waalaikumussalam”, “Bolehkah kami masuk”,kata Umar Wanita itupun menjawab” Masuklah dengan baik atau tinggalkan!”,”Apa yang kamu perbuat kepada anak-anakmu”, “Kami sedang kemalaman dan kedinginan, sedngkan kami tidak punya makanan”, “Lantas apa yang kamu masak”,” Air, dengan air ini aku dapat menenangkan mereka sehingga mereka bisa tidur… Demi Allah ada kesenjangan antara kami dengan Umar, beliau melupakan kami”, Kata wanita itu panjang lebar. Begitu mendengar ucapan wanita itu beliau memandangku, dan berkata,”Marilah berangkat” setelah itu kami menuju baitul maal dan membawa sekantung tepung dan sekantung lemak yang beliau pikul sendiri. Ketika aku menawarkan untuk memikulnya, beliau berkata” Apakah kamu sanggup memikiul dosaku pada hari kiamat?”. Subhanallah demikianlah kisah keadilan dan kasih sayang Umar bin Khothob.
3. UTSMAN BIN AFFAN
Namanya adalah Utsman bin Affann bin Abul Ash bin Umayah bin Abdi Syamain bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghallib bin Fihrin bin Malik bin Nadlar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Ilyas bin Mudlar bin Bazazir bin Ma’di bin Adnan.
Beliau adalah khalifah ke-3 menggantikan khalifah Umar bin Khothob. As-Suyuti berkata di dalam kitab “Tarikhul Khulafa”: Dia dilahirkan pada tahun ke-6  dari tahun gajah, beliau termasuk “As-Sabiqunal Awwalun”dan masuknya beliau ke dalam Islam karena direkrut atau hasil dari dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq.
Utsman bin Affan adalah termasuk sahabat yang melakukan hijrah dua kali, ke Habasyah dan Madinah, beliau juga menikah dua kali dengan putrid Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam, yakni Ruqayyah binti Rasulullah dan Ummi Kultsum binti Rasulullah,  sehingga beliau mendapatkan gelar “Dzunnurain” ketika Ummu Kultsum meninggal dunia Rasulullah shallaLLahu alihi wasallam bersabda: “Kalaulah sekiranya aku mempunyai putridyang lain, niscaya akan kau nikahkan dengan Utsman”. Di zaman pemerintahan beliau terjadilah pembukuan Al-Qur’an kembali, karena pada saat itu kekuasaan Islam semakin luas, di samping itu banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’an syahid di medan perang, sehingga beliau berijtihad untuk membukukan kembali Al Quran dengan bahasa Arab Quraisy dan sesuai denga urutan yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam.
Beberapa keutamaan-keutamaan Utsman bin Affan radhiyaLLahu anhu:
1. Beliau adalah orang yang terpuji
2. Beliau termasuk sahabat yang dermawan
3. Beliau juga sahabat yang pemberani
4. Beliau adalah khalifah yang membukukan Al Qur’an
Beliau wafat pada Usia 82 tahun setelah memimpin kurang lebih 12 tahun. Beliau meninggal dunia dibunuh oleh seorang yahudi bernama Abdullah bin Saba’ setelah beliau difitnah olehnya.
Berikut akan kami tuliskan kisah-kisah kedermawanan Utsman bin Affan radhiyaLLahu anhu, semoga kita dapat mengambil Ibrah atas apa yang dilakukan beliau.
KEMURAHAN HATI DAN KEDERMAWANAN UTSMAN BIN AFFAN RADHIYALLAHU ANHU
                Diriwayatkan dari Bisyrin bin Basyir Al Aslam dari Ayahnya, berkata: ketika para sahabat muhajirin datang di MAdinah, mereka meminta keterangan akan adnya air dan di sana ada sumur milik seorang laki-laki dari bani Ghifar yang dinamakan sumur Rumat, dari sumur ini dia menjual air per geriba satu mud, lalu kepadnya Nabi Muhammad shallaLLahu alaihi wasallam bertanya: Apakah kamu jual saja sumur ini kepadaku dengan uang surga? Laki-laki itu menjawab: Wahai Rasulullah aku dan semua keluargaku tidak mempunyai apa- pa selain dari sumur itu. Lalu hal itu sampai pada Utsman, maka dia membelinya dengan harga 35.000 dinar, kemudian dia datang menghadap Nabi shallaLLahu alaihi wasallam. Dan bealiaupun bersabda: “Apakah kamu akan menjadikan untukku dari sumur itu seperti apa yang aku jadikan untuknya. Dia menjawab: Ya, Nabi bersabda: Aku jadikan sumur itu untuk kaum muslimin”.(HR. Imam Baghawi, di dalam “As-Shahabah)
                Imam Al KArmani berkata: Utsman menyiapkan pasukan perangbeserta Sembilan ratus 50 ekor onta dan 50 ekor kuda, dia datang menghadap Nabi shallaLLahu alaihi wasallamdengan membawa uang seribu dinar dan kemurahan hati Utsman dan kedermawanannya tdak tergantung pada batas dan peperangan sabilillah, yang perang itu sendiri adalah untuk membersihkan iman dan pengujian bagi orang-orang yang menanggung kerugian.
                Diriwayatkan pula bahwa pada suatu ketika manusia sedang dilanda musibah kelaparan, maka mereka mengungsi di sisi Utsman, lalu dia memperluas/ melapangkan mereka dan membeli makanan untuk mereka yang cukup membat kenyang seluruh pasukan perang.
                Pada suatu ketika orang-orang datang menghadap Abu Bakar radhiyaLLahu anhu seraya berkata: “Wahai khalifah Rasulullah, langit tak mau menurunkan hujan, bumi tak sudi menumbuhkan tumbuhan, sungguh manusia sudah diambang kehancuran”. Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata: “Bubarlah kalian dan bersabarlah! Sesungguhnya aku sendiri juga mengharap kepada Allah agar supaya mereka tidak tersentuh kehancuran itu sehingga akan menyelamatkan kalian”.
                Sahdan, ketika sore hari sampailah berita bahwa onta Utsman bin Affan radhiyaLLahu anhu tlah datang dari Syam dan bersinarlah kota Madinah. Oleh karena itu ketika telah datang orang-orang pun keluar rumah dan menjemputnya, tiba-tiba yang datang itu sebanyak 1000 ekor onta penuh muatan gandum, minyak dan anggur, langsung saja menderum di depan pintu rumah Utsman radhiyaLLahu anhu. Maka setelah barang-barang itu dimasukkan ke dalam rumahnya, datanglah para pedagang menghadapnya. Utsman lalu menyapanya: “Ada maksud apa kalian kemari?”, Mereka menjawab: “Tuan mestinya sudah mengerti maksud kedatangan kami. Kami bermaksud hendak membeli barang yang baru saja sampai pada tuan dan tuan sendiri mestinya mengerti kebutuhan orang”. Utsman menjawab,” Bagus dan menyenangkan, berapa kalian member keuntungan kepadaku atas penjualanku itu?”, mereka menjawab,”per dirham dua dirham”. Utsman berkata,”Beri tambah lagi!”, mereka menawar,”4 dirham”, dia berkata lagi,”coba beri tambahan yang lebih banyak dari itu!”, mereka menjawab:”Hai Abu Amrin (Utsman)sebenarnya di kota Madinah ini sudah tidak ada lagi yang berani menawar lebih tinggi dari kami”’ Utsman berkata,”Sesungguhnya Allah akan memberiku per dirham 10 kali lipat, maka akan aku jadikan sedekah untuk fakir miskin kaum Muslimin”.
Demikian riwayat hidup sahabat Utsman Bin Affan radhiyaLLahu anhu.
4. ALI BIN ABI THALIB
Ayahnya adalah: Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani. Fathimah binti Asad melahirkan anaknya, Haidarah (Ali bin Abu Thalib), di Ka'bah, pada dua puluh satu tahun sebelum hijrah. Ada yang mengatakan, pada tahun ke tiga puluh dua dari kelahiran Rasulullah saw. Ia adalah anak bungsu dari kedua orang tuanya, selain Ja'far, Uqail dan Thalib.
Dengan demikian, jelaslah, Ali adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam  masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya Haidarah.
 Saat Abu Thalib mengalamai krisis ekonomi karena kekeringan yang melanda, seperti yang dialami oleh orang-orang Quraisy, Rasulullah saw menyarankan kepada kedua pamannya: Hamzah dan Abbas untuk turut membantu meringankan beban saudaranya, Abu Thalib, dengan menanggung biaya hidup anaknya. Maka keduanya pun memenuhi permintaan tersebut. Mengetahui hal itu, Abu Thalib berkata kepada kedua saudaranya tersebut,: "Ambillah siapa yang kalian ingini, namun tinggalkanlah Uqail, untuk tetap aku didik." Uqail adalah anak yang paling disayangi oleh Abu Thalib. Maka Abbas mengambil Thalib, Hamzah mengambil Ja'far dan Rasulullah saw mengambil Ali.
Nabi shallaLLahu alaihi wasallam bagi anak keponakannya, Ali bin Abu Thalib, bertindak sebagai bapak, saudara, teman, dan guru pendidik. Dan Ali pun menerima beliau pengganti kedua orang tua, dan keluarganya. Sehingga ia pun terdidik dalam didikan Nabi Saw. Beliau memiliki beberapa keutamaan antara lain: kemuliaan, kedermawanan, sifat pemaaf, kasih sayang dan hikmah yang lurus.
Seperti diriwayatkan, ia tumbuh menjadi anak yang cepat matang. Di wajahnya tampak jelas kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat ia menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang paling jelas adalah keikhlasannya untuk menjadi tameng Rasulullah Saw saat beliau hijrah, dengan menempati tempat tidur beliau. Ia juga terlibat dalam peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula yang telah menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang pertama.
BEBERAPA SIFAT DARI ALI BIN ABU THALIB RADHIYALLAHU ANHU
Diriwayatkan bahwa keberaniannya menjadi perlambang para kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan perang, maka dapat dipastikan ia akan mengalahkannya.
Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at.
Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlauk-kan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Dan memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas.
Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan.
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah 'anak' dari kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.
Ia terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra Arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah Saw, sehingga menambah benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab.
Ia amat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya, juga Rabb-nya. Serta berbuat baik kepada kerabatnya. Amat mementingkan isterinya yang pertama, Fathimah az Zahra. Dan ia selalu berusaha memberikan apa yang baik dan indah kepada orang yang ia senangi, kerabatnya atau kenalannya.
Ia berpendirian teguh, sehingga menjadi tokoh yang namanya terpatri dalam sejarah. Tidak mundur dalam membela prinsip dan sikap. Sehingga banyak orang yang menuduhnya bodoh dalam politik, tipu daya bangsa Arab, dan dalam hal melembutkan sikap musuh, sehingga kesulitan menjadi berkurang. Namun, sebenarnya kemampuannya jauh di atas praduga yang tidak benar, karena ia tahu apa yang ia inginkan, dan menginginkan apa yang ia tahu. Sehingga, di samping kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah sebuah gunung yang kokoh, yang mencengkeram bumi. Itu semua adalah cermin dari percaya dirinya, keimanannya, dan keyakinanya terhadap Rabb-nya, lantas bagaimana mungkin ia menjadi lembek?
Ia dengan teguh menolak sikap yang tidak sesuai dengan kebenaran, atau syari'ah, atau akhlak atau kemuliaan. Ia tidak peduli dengan orang yang membenci, atau orang yang memusuhinya.
Beliau wafat diusia 63 tahun karena dibunuh oleh Abdurahman bin Muljam, dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf.
5. ZUBAIR BIN AWWAM
Namanya adalah Zubair bin Awwam bin khuwailid bin Asad bin Uza bin Qushay, nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah pada Qushay. Ibunya adalah sayyidah Al Fadhillah Al Mujahidah Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Nabi shallaLLahu alaihi wasallam. Isterinya adalah sayyidah Al Fadhillah Al Muhajirah Asma’ binti Abu Bakar Ash Shidiq.
Beliau termasuk salah seorang sahabat Assabiqun Al Awwalun (pendahulu pertama). Masuk Islam melalui dakwah dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyaLLahu anhu ketika beliau masih umur 15 tahun.
Beliau berhijrah bersama sahabat-sahabat yang hijrah ke negeri Habasyah, kemudian berhijrah ke Madinah demi pertolongan kepada Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam. Zubair bin Awwam menghadiri seluruh pertempuran bersama RasuluLLah shallaLLahu alaihi wasallam, beliau adalah seorang yang sangat pemberani.Dia adalah orang pertama yang menghunus pedang di medan laga.
Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia. Yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur. Di satu tempat, di bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.
Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Di saat itulah sang paman berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksa ini.” Meskipun masih muda belia, Zubair menjawab dengan tegas, “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.”
Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung Menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka. Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.
 Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisah Thalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir. Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair. Setelah itu, si pembunuh pergi menghadap Khalifah Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap kabar itu menyenangkan hati Ali karena yang ia tahu, Ali memusuhi Zubair. Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putra Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”
Belia terbunuh pada hari Kamis tanggal 10 Jumadil Akhir tahun 36 H, pada usia 67 tahun.
6. THALHAH BIN UBAIDILLAH AT-TAMIMI
Namanya adalah Thalhah bin Abdullah bin Usman bin Kaab bin Said bin Taimi bin Murrah bin Ka’ab. Nasabnya bertemu RasuluLLah pada Murrah bin Ka’ab.
Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam, dimana saat itu satu orang bernilai seribu orang. Sejak awal keislamannya hingga akhir hidupnya ia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat. Thalhah masuk Islam melalui dakwahyang dilakukan oleh Abu Bakar Assiddiq ra.
Setelah menyatakan keislamannya di hadapan Muhammad SAW. Thalhah dan Abu Bakar ra. pun pergi. Tapi di tengah jalan mereka dicegat oleh Nofal bin Khuwalid yang dikenal dengan “Singa Quraisy”, yang terkenal kejam dan bengis. Nofal kemudian memanggil gerombolannya untuk menangkap mereka. Ternyata Thalhah dan Abu Bakar tidak hanya ditangkap saja, mereka diikat dalam satu tambang. Semua itu dilakukan Nofal sebagai siksaan atas keislaman Thalhah
Oleh karena itulah Thalhah dan Abu Bakar ra. dijuluki “Alqori-nain” atau “dua serangkai”. Dan sesudah masuk Islam Thalhah selalu mendampingi Rasulullah SAW.
Thalhah adalah seorang lelaki yang gagah berani, tidak takut menghadapi kesulitan, kesakitan dan segala macam ujian lainnya. Ia orang yang kokoh dalam mempertahankan pendirian meskipun ketika di jaman jahiliyah. Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu Bakar ra. selalu teringat pada Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah SAW. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: “Lihatlah saudaramu ini.” Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.
Sewaktu terjadi pertempuran “Al Jamal”, Thalhah bertemu dengan Ali ra. Ali memperingatkannya agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam, ia wafat. Thalhah wafat pada usia 60 tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra.
6. ABDURRAHMAN BIN AUF
Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Nabi s.a.w. menggantikannya menjadi Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri. Nasabnya bertemu dengan Nabi s.a.w. pada Kilab bin Murrah. Kinayahnya adalah Abu Muhammad sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr. Ibunya bernama Asysyifa binti 'Auf bin Abdu bin al-Harits bin Zuhrah.
Abdurrahman bin 'Auf dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun Gajah dan umurnya lebih lebih muda dari Nabi selama sepuluh tahun karena Nabi dilahirkan pada tahun gajah yaitu tanggal 20 April 571M. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan pada tahun 581M.
Dia masuk agama Islam pertama dari dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyaLLahu anhu, maka dia adalah termasuk salah seorang dari delapan orang pendahulu Islam. Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Sehingga beliau termasuk sahabat NAbi shallaLLahu alaihi wasallam yang kaya raya dan sangat dermawan. Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas dan menginfakkannya di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang banyak.”
Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.” Dan masih banyak lagi kisah kedermawanan beliau. KEISTIMEWAAN ABDURRAHMAN BIN AUF
Rasulullah pernah shalat di belakang beliau pada saat perang Tabuk, Beliau termasuk sahabat yang faqih di dalam masalah Agama, Calon penghuni surga, Sahabat yang mendapat perhatian khusus dari Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam, Beliau adalah sahabat yang tawadhu’
Abdurrahman bin Auf meninggal pada tahun 31H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32H ketika berumur 75tahun. Dalam pendapat lain disebutkan berumur 72tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan wasiatnya.
Abdurrahman bin Auf  meninggalkan dua puluh delapan anak lelaki dan delapan anak perempuan. Hal yang sangat menarik sekali bahwa walaupun sudah menyumbangkan hampir keseluruhan hartanya di jalan Allah SWT. namun beliau masih meninggalkan harta warisan yang sangat banyak sekali. Dalam sebuah riwayat dari Muhammad, beliau menceritakan bahwa di antara harta peninggalan Abdurrahman bin Auf adalah emas murni sehingga tangan para tukang merasa kewalahan (lecet) untuk membagikannnya dan empat orang isterinya masing-masing menerima harta warisan sebanyak delapan puluh ribu dinar.
7. ABU UBAIDAH BIN JARRAH
Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin Al Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al Harits bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah. termasuk orang yang pertama masuk Islam, beliau memeluk Islam selang sehari setelah  Abu Bakar As Shiddiq memeluk Islam. Beliau masuk Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazun dan Arqam bin Abu al-Arqam, di tangan Abu Bakar as Shiddiq. Kualitasnya dapat kita ketahui melalui sabda Nabi saw: “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.”
Abu Ubaidah bin Jarrah juga ikut berperang bersama Rasulullah saw, beliau sangat terkenal dengan kepahlawanan dan pengorbanan, saat perang Badar berkecamuk, Abu Ubaidah bin Jarrah melihat bapaknya berada ditengah kaum musyrikin maka diapun menghindar darinya, namun bapaknya berusaha ingin membunuh anaknya. Maka tidak ada jalan lain untuk menghindar baginya kecuali melawannya, dan bertemulah dua pedang yang saling berbenturan dan pada akhirnya orang tua yang musyrik mati ditangan anaknya yang lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya daripada orang tuanya hingga turunlah ayat, (QS. Al-Mujadilah : 22).
Ketika dalam perang Uhud, pasukan muslimin kucar kacir dan banyak yang lari meninggalkan pertempuran, justeru Abu Ubaidah bin Jarrah berlari untuk mendapati Nabinya tanpa takut sedikit pun terhadap banyaknya lawan dan rintangan. Demi didapati pipi Nabi terluka, yaitu terhujamnya dua rantai besi penutup kepala beliau, segera ia berusaha untuk mencabut rantai tersebut dari pipi Nabi saw.
Abu Ubaidah bin Jarrah mulai mencabut rantai tersebut dengan gigitan giginya. Rantai itu pun akhirnya terlepas dari pipi Rasulullah saw. Namun bersamaan dengan itu pula gigi seri Abu Ubaidah bin Jarrah ikut terlepas dari tempatnya. Abu Ubaidah bin Jarrah tidak jera. Diulanginya sekali lagi untuk mengigit rantai besi satunya yang masih menancap dipipi Rasulullah saw hingga terlepas. Rasulullah saw memberinya gelar “Gagah dan Jujur”.
Wafatnya Abu Ubaidah bin Jarrah
Beliau wafat sedang umurnya 58 tahun, beliau dishalatkan oleh Mu’adz bin Jabal, dan dikebumikan di desa Baisan, Syam. Setelah beliau terserang penyakit kusta yang menyerang negeri Syam. Abu Ubaidah meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw sebanyak 14 hadits.
8. SA’AD BIN ABU WAQASH
Namanya adalah Sa’ad bin abu Waqash bin Wahhab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah , nasabnya berkumpul bersama nasab beliau Nabi shallaLLahu alaihi wasallam pada Kilab bin Murrah. Beliau diberi gelar Abu Ishaq. Ibunya bernama Hannah binti Sufyan bin Abdu Syams yang belum masuk agama Islam.
Malam telah larut, ketika seorang pemuda bernama Sa’ad bin Abi Waqqash terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat mencemaskan. Ia merasa terbenam dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak, nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya gelap-gulita. Dalam keadaan yang demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari langit yang terang-benderang. Maka dalam sekejap, berubahlah dunia yang gelap-gulita menjadi terang benderang dengan cahaya tadi. Cahaya itu menyinari seluruh rumah penjuru bumi. Bersamaan dengan sinar yang cemerlang itu, Sa’ad bin Abi Waqqash melihat tiga orang lelaki, yang setelah diamati tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar bin Abi Quhafah dan Zaid bin Haritsah.
Pada suatu hari tabir mimpi Sa’ad mulai terbuka, ketika Abu Bakar As Siddiq mendatangi Sa’ad di tempat pekerjaannya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad Saw, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad bertanya, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad Saw, dijawab oleh Abu Bakar As Siddiq, dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Muhammad Saw, mengajak manusia menyembah Allah Yang Esa, Pencipta langit dan bumi. Seruan ini telah mengetuk pintu hati Sa’ad untuk menemui Rasulullah Saw, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Kalbu Sa’ad telah disinari cahaya iman, meskipun usianya waktu itu baru menginjak tujuh belas tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah. Cahaya agama Allah yang memancar ke dalam kalbu Sa’ad, sudah demikian kuat, meskipun ia mengalami ujian yang tidak ringan dalam memeluk agama Allah ini.
Diantara ujian yang dirasa paling berat adalah, karena ibunya yang paling dikasihi dan disayanginya itu tidak rela ketika mengetahui Sa’ad memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, Sa’ad telah melaksanakan shalat dengan sembunyi-sembunyi di kamarnya. Sampai pada suatu saat, ketika ia sedang bersujud kepada Allah, secara tidak sengaja, ibu yang belum mendapat hidayah dari Allah ini melihatnya. Dengan nada sedikit marah, Hamnah bertanya : “Sa’ad, apakah yang sedang kau lakukan ?” Rupanya Sa’ad sedang berdialog dengan Tuhannya; ia tampak tenang dan khusyu’ sekali. Setelah selesai menunaikan Shalat, ia berbalik menghadap ibunya seraya berkata lembut. “Ibuku sayang, anakmu tadi bersujud kepada Allah Yang Esa, Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Mendengar jawaban anaknya, sang ibu mulai naik darah dan berkata : “Rupanya engkau telah meninggalkan agama nenek moyang kita, Tuhan Lata, Manata dan Uzza. Ibu tidak rela wahai anakku. Tinggalkanlah agama itu dan kembalilah kepada agama nenek moyang kita yang telah sekian lama kita anut”. “Wahai ibu, aku tidak dapat lagi menyekutukan Allah, Dia-lah Dzat Yang Tunggal, tiada yang setara dengan Dia, dan Muhammad adalah utusan Allah untuk seluruh umat manusia,” jawab Sa’ad.
Kemarahan ibunya semakin menjadi-jadi, karena Sa’ad tetap bersikeras dengan keyakinannya yang baru ini. Oleh karena itu, Hamnah berjanji tak akan makan dan minum sampai Sa’ad kembali taat memeluk agamanya semula.
Tetapi Sa’ad tetap pada pendiriannya, ia tak hendak menjual agama dan keimanannya kepada Allah dengan sesuatupun, sekalipun dengan nyawa ibu yang dicintainya. Imannya telah membara, cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya telah sedemikian dalam. Di depan matanya ia menyaksikan keadaan ibunya yang meluluhkan hatinya, namun dari lidahnya keluar kata-kata pasti yang membingungkan lbunya; Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda sayang, seandainya ibunda memiliki seratus nyawa lalu ia keluar satu persatu, tidaklah nanda akan meninggalkan agama ini walau ditebus dengan apa pun juga. Maka sekarang, terserah kepada ibunda, apakah ibunda akan makan atau tidak”. Kata kepastian yang diucapkan anaknya dengan tegas membuat ibu Sa’ad bin Abi Waqqash tertegun sesaat.
Akhirnya ia mulai mengerti dan sadar, bahwa anaknya telah memegang teguh keyakinannya. Untuk menghormati ibunya, Sa’ad kembali mengajaknya untuk makan dengannya, karena ibu ini telah merasakan kelaparan yang amat sangat dan ia telah memaklumi pula bahwa anak yang dicintainya tidak akan mundur setapakpun dari agama yang dianutnya, maka ibu Sa’ad mundur dari pendiriannya dan memenuhi ajakan anaknya untuk makan bersama. Turunlah firman Allah yang menyokong pendirian Sa’ad bin Abi Waqash: (Q.S. Luqman: 14-15).
Demikianlah, keimanan Sa’ad bin Abi Waqqash kepada Allah dan Rasul-Nya telah mendapat keridhaan Ilahi.
Pada suatu hari, ketika Rasulullah saw, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasul kembali menatap kepada sahabatnya dengan berkata : “Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki dari penduduk surga”. Mendengar ucapan Rasulullah saw, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga.
Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash. Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kesatriaannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Dan yang kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah saw dengan jaminan kedua orang tua Nabi Saw. Bersabda Nabi Saw, dalam perang Uhud :”Panahlah hai Sa’ad ! Ayah-Ibuku menjadi jaminan bagimu”. Sa’ad bin Abi Waqqash, hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.
Beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para Syuhada.
10. SA’ID BIN ZAID
Said bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Riah bin Abdullah bin Qotha bin Razah bin ‘Adi bin Ka’ab bin Luai. Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada Ka’ab bin Luai. Dia mempunyai nama julukan yaitu Abu A’war, dia termasuk dari orang-orang muhajirin (yang berhijrah pertama kali). Beliau di lahirkan di Makkah pada tahun 22 sebelum hijrah.
Beliau masuk Islam sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki Darul Arqom, yang beliau jadikan maskas dakwah waktu itu, beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk orang yang pertama masuk islam, yaitu setelah tiga belas orang shahabat mendahuluinya. Keislaman beliau dengan perantaraan dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.Pada suatu hari tabir mimpi Sa’ad mulai terbuka,
Sa’id bin Zaid masih merahasiakan keimanannya dan dia sangat sabar menghadapi siksaan yang berasal dari kaumnya, sehingga dia pun tidak diusir dari Makkah,s eperti yang dialami  sebelumnya oleh orang tuanya. Akan tetapi kemudian, ‘Umar mengetahui keimanan Sa’id. ‘Umar pun bermaksud membunuhnya, lalu dia memukulnya hingga darah mengalir dari wajah Sa’id . Akan tetapi, kesabaran Sa’id dalam menghadapi sikap ‘Umar inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab masuknya ‘Umar radhiallahu ‘anhu ke dalam Islam,.
Sa’id pergi berhijrah ke Madinah bersama istrinya, Fathimah. Sebelum terjadinya perang Badar, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam telah memilihnya dan mengutusnya untuk pergi bersama Thalhah bin Ubaidillah dengan tujuan agar dia mengetahui jumlah pasukan kaum musyrikin dan mematai gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, Sa’id pun tidak ikut serta dalam peperangan Badar. Akan tetapi, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberinya bagian  ghanimah (harta rampasan) yang diperoleh dalam perang tersebut. Dia dianggap seperti orang yang ikut serta dalam perang itu.
Setelah itu Sa’id ikut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia bertempur dengan menggunakan pedangnya dan beriman dengan menggunakan hatinya. Bahkan pada suatu hari dia pernah berada bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di gua Hira’ dengan para shahabat lainnya. Ketika itu tiba-tiba gunung  Hira’ bergetar, maka nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Tenanglah, wahai Hira’, karena sungguhnya tidak ada yang berada di atasmu, kecuali seorang nabi, seorang yang sangat jujur (ash-shiddiq), dan seorang syahid.”
Sa’id merupakan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira bakal masuk surga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoinya. Dia memegang teguh janjinya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memerangi kaum musyrikin di negeri Persia, sehingga melalui tangannya dan juga tangan shahabat-shahabatnya, Allah pun memadamkan api yang  menjadi sesembahan kaum Majusi ; dan berkat perjuangannya pula para penduduk Persia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Setelah penaklukan terhadap negeri Persia selesai, Sa’id tidak tinggal diam. Dia mengangkat pedang dan barang-barangnya untuk pergi ke negeri-negeri lain yang sedang di perangi oleh kaum muslimin. Kali ini sasarannya adalah negeri Syam dimana pada saat itu sedang berlangsung pertempuran yang sangat menentukan antara kaum  muslimin dengan bangsa Romawi, yaitu perang Yarmuk.
Keutamaan Sa’id bin Zaid
Tidak diragukan lagi bahwa Sa’id bin Zaid adalah seorang shahabat yang mempunyai banyak keutamaan, dan diantara keutamaan beliau adalah:
1. Beliau termasuk orang yang pertama masuk islam, dan keislaman beliau sebelum keislaman Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma.
2. Beliau adalah termasuk sepuluh orang yang diberikan kabar gembira masuk surga. Imam at-Tirmizi meriwayatkan bahwa Abdurrahman bin ‘Auf berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman binAuf di surga, sa’ad bin Abi Waqas di surga, Sa,id bin Zaid di surga, dan Abu Ubaidah di surga”.(Bab Manaqib Abdurrahman bin Auf az-Zahiri radhiyallahu ‘anhu).
3. Beliau mempunyai doa yang di kabulkan Allah Ta’ala, diriwayatkan bahwa Arwa binti Uwais menemui Marwan bin Hakam (yang saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah), dan mengadukan permasalahannya dengan Sa’id bin Zaid, dan mengatakan: “Dia(Sa’id) telah mendhalimiku, dan dia merampas hakku, (Sa’id adalah tetangga Urwah di daerah al-‘Aqiq), maka Sa’id berkata: “Apa?!, aku mendhalimi Arwa terhadap haknya!, demi AllaAh aku telah memberikan kepadanya enam ratus depa dari tanah milikiku, dan ini aku lakukan karena aku mendengar hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengambil dengan dhalim sejengkal tanah (milik orang lain -red), maka Allah akan pikulkan baginya tujuh lapis bumi pada hari kiamat”. Berdilah engkau wahai Arwa, dan ambilah (tanah) yang engkau akui bahwa itu milikmu”. maka Arwapun berdiri, dan dia masih menutupi kebenaran terhadap hak Sa’id, maka Sa’id berkata: “Ya Allah seandainya dia seorang yang dhalim, maka butakanlah matanya, dan dan bunuhlah ia pada tanah tersebut, dan jadikanlah kuburannya di sumurnya”. Maka tidak lama berselang waktu dari hari itu, butalah mata Urwah, kemudian dia berjalan di tanahnya tersebut, yang mana tanah itu tidak rata, maka iapun terjatuh ke dalam sumur, yang ia mati karenanya, dan sumur di jadikan sebagai kuburan baginya”.
4. Beliau adalah seorang shahabat yang mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wafat Sa’id bin Zaid
Para ahli sejarah berkata bahwa Sa’id bin Zaid wafat di daerah al-‘Aqiq, ia di mandikan oleh Sa’ad bin Abi Waqas, dan di shalatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhum.
Amr bin Ali berkata: “Bahwa Sa’id wafat pada tahun 51 H, yang nama umur beliau ketika itu tujuh puluh tahunan lebih, beliau di kebumikan di Madinah, (pada saat akan di kuburkan -red) Sa,ad bin Abi Waqas dan Abdullah bin Umar masuk kedalam kuburnya”.

Pontianak, 4 Ramadhan 1433 H/ 23 Juli 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar