Oleh: Al Ustadz Abu Mahir Nanang Zakaria,S.Pd.I
Para pembaca muslim yang dirahmati Allah
Ta’ala. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dalam ‘Sunan”nya, dari Abdurrahman
bin Umaid, dari bapaknya, bahwa Sa’id bin Zaid menceritakan tentang satu
kelompok, bahwa Rasulullah shallaLLahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عشرة
في الجنة أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان و على والزبير وطلحة وعبد الرحمن
و ابو عبيده وسعد بن وقاص
“Sepuluh orang akan masuk surge,
yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zubair, Thalhah, Abdurrahman, Abu Ubaidah,
Sa’ad bin Abi Waqas”
Berkata ayah Abdurrahman: Sa’id bin Zaid
menghitung Sembilan orang itu semuanya dan dia diam/ tidak menyebutkan yang
ke-10, lalu kaum berkata: kami bersumpah dengan nama Allah bahwa kamu termasuk
yang ke-10. Dia menjawab: Kalian menyumpahku dengan nama Allah, Abu A’war
(Sa’id bin Zaid) di dalam surga. (HR. At-Tirmidzi)
BIOGRAFI 10 ORANG SAHABAT YANG
MENDAPAT JAMINAN MASUK SURGA
1. ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Namanya adalah Abdullah bin Abi Quhafa
Utsman bin Amir dari Amran bin Ka’ab bin Sa’d ibn Taimi bin Murrah bin Ka’ab
bin Luayyi Al Quraisyi Al Taimi.
Beliau adalah khalifah pertama
sesudah wafatnya Rasulullah ShallaLLahu alaihi wasallam Selain itu Abu bakar
juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau
tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Al-Qur’an (Surah At-Taubah ayat
ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari
dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu
dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama
kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya
dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Disamping itu Abu Bakar
Ash-Shiddiq memiliki beberapa keutamaan-keutamaan, antara lain:
1. Beliau adalah orang yang pertama
membenarkan peristiwa Isra’ mi’raj
2. Beliau adalah sahabat yang paling
berani
3. Beliau adalah sahabat yang paling
dermawan
4. Beliau adalah orang yang paling
santun
5. Beliau adalah sahabat yang paling
Alim
6. Beliau adalah sahabat yang paling
dekat dengan Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam.
7. Abu Bakar adalah orang yang
pertama kali masuk surga dari umat Nabi Muhammad shallaLLahu alaihi wasallam.
Setelah memegang pemerintahan selama
2 tahun 7 bulan beliau wafat pada usia 63 tahun dan dimakamkan di samping makam
Rasulullah , dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. UMAR BIN KHOTHOB
Namanya Ummar
bin Khothob bin Nufail bin Abdul Azy bin Rabah bin Qarath bin Razaq bin ‘Ady
bin Ka’ab bin Luaiy. Beliau mempunyai
nama kunyah Abu Hafshin, beliau juga memiliki gelar Al-Faruq
Imam An-Nawawi
berkata: Umar bin Khothob dilahirkan 13 tahun sesudah tahun Gajah. Masuk
Islamnya Umar bin Khothob sangat istimewa karena melalui permohonan RasuluLLah
shallaLLahu alaihi wasallam :
“Ya Allah perkuatlah Islam dengan
salah satu Umar”(HR.
Al Hakim) maksud dari dua umar adalah : Umar bin Khothob dan Amr bin Hisyam
(Abu Jahl), setelah berdoa demikian maka Allah Ta’ala mengabulkan doa
RasuluLLah shallaLLahu alaihi wasallam dengan memilih Umar bin khothob.
Beliau
adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang
sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam,
Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak
ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai
Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan
perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat.
Dijaman
kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat,
kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu
tahun.
Beberapa keutamaan Umar bin Khothob
1. Beliau adalah orang pertama yang
mendapat gelar “Amirul Mukminin”
2. Beliau adalah orang pertama yang
menetapkan “Tahun Hijriyah”
3. Beliau adalah Khalifah pertama
yang mendirikan “Baitul Maal”
4. Beliau adalah khalifah yang
sangat sederhana
5. Beliau adalah khlifah yang Adil
dan penuh kasih sayang
6. Beliau adalah khalifah pertama
yang melakukan ronda malam (keliling untuk mengetahui keadaan rakyatnya)
7. Beliau adalah khalifah pertama
yang mengangkat Qadli (hakim) di kota-kota.
Beliau
meninggal pada usia 64 tahun karena dibunuh oleh seorang Majusi bernama Abu
Lu’Luah budak dari Mughirah. Beliau dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan
Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di
Madinah.
Kisah Kasih Sayang Umar bin Khothob
Aslam
berkata: Kami keluar bersama Umar radhiyaLLahu anhu hingga sampailah kami di
tanah yang tidak berpasir dan kering,
kemudian kami melihat kemah seseorang yang apinya sedang menyala, kemudian kami
bergegas mendatangi kemah tersebut. Lalu kami mendengar suara anak-anak kecil
menangis Setelah anak-anak itu terdiam, kami memasuki tenda seseorang itu yang
ternyata adalah seorang wanita. Umar mengucapkan salam: “Assalamualaikum hai
yang mempunyai api”, Wanita itu menjawab
: Waalaikumussalam”, “Bolehkah kami masuk”,kata Umar Wanita itupun menjawab”
Masuklah dengan baik atau tinggalkan!”,”Apa yang kamu perbuat kepada
anak-anakmu”, “Kami sedang kemalaman dan kedinginan, sedngkan kami tidak punya
makanan”, “Lantas apa yang kamu masak”,” Air, dengan air ini aku dapat
menenangkan mereka sehingga mereka bisa tidur… Demi Allah ada kesenjangan antara
kami dengan Umar, beliau melupakan kami”, Kata wanita itu panjang lebar. Begitu
mendengar ucapan wanita itu beliau memandangku, dan berkata,”Marilah berangkat”
setelah itu kami menuju baitul maal dan membawa sekantung tepung dan sekantung
lemak yang beliau pikul sendiri. Ketika aku menawarkan untuk memikulnya, beliau
berkata” Apakah kamu sanggup memikiul dosaku pada hari kiamat?”. Subhanallah
demikianlah kisah keadilan dan kasih sayang Umar bin Khothob.
3. UTSMAN BIN AFFAN
Namanya adalah
Utsman bin Affann bin Abul Ash bin Umayah bin Abdi Syamain bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghallib bin Fihrin bin Malik
bin Nadlar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Ilyas bin
Mudlar bin Bazazir bin Ma’di bin Adnan.
Beliau adalah
khalifah ke-3 menggantikan khalifah Umar bin Khothob. As-Suyuti berkata di
dalam kitab “Tarikhul Khulafa”: Dia dilahirkan pada tahun ke-6 dari tahun gajah, beliau termasuk “As-Sabiqunal
Awwalun”dan masuknya beliau ke dalam Islam karena direkrut atau hasil dari
dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq.
Utsman
bin Affan adalah termasuk sahabat yang melakukan hijrah dua kali, ke Habasyah dan Madinah, beliau juga menikah dua kali dengan putrid
Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam, yakni Ruqayyah binti Rasulullah dan
Ummi Kultsum binti Rasulullah, sehingga
beliau mendapatkan gelar “Dzunnurain” ketika Ummu Kultsum meninggal
dunia Rasulullah shallaLLahu alihi wasallam bersabda: “Kalaulah sekiranya
aku mempunyai putridyang lain, niscaya akan kau nikahkan dengan Utsman”. Di
zaman pemerintahan beliau terjadilah pembukuan Al-Qur’an kembali, karena pada
saat itu kekuasaan Islam semakin luas, di samping itu banyak para sahabat yang
hafal Al-Qur’an syahid di medan perang, sehingga beliau berijtihad untuk
membukukan kembali Al Quran dengan bahasa Arab Quraisy dan sesuai denga urutan
yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam.
Beberapa keutamaan-keutamaan Utsman
bin Affan radhiyaLLahu anhu:
1. Beliau adalah orang yang terpuji
2. Beliau termasuk sahabat yang
dermawan
3. Beliau juga sahabat yang
pemberani
4. Beliau adalah khalifah yang
membukukan Al Qur’an
Beliau
wafat pada Usia 82 tahun setelah memimpin kurang lebih 12 tahun. Beliau
meninggal dunia dibunuh oleh seorang yahudi bernama Abdullah bin Saba’ setelah
beliau difitnah olehnya.
Berikut akan kami tuliskan kisah-kisah kedermawanan
Utsman bin Affan radhiyaLLahu anhu, semoga kita dapat mengambil Ibrah atas apa
yang dilakukan beliau.
KEMURAHAN HATI DAN KEDERMAWANAN
UTSMAN BIN AFFAN RADHIYALLAHU ANHU
Diriwayatkan dari Bisyrin bin
Basyir Al Aslam dari Ayahnya, berkata: ketika para sahabat muhajirin datang di
MAdinah, mereka meminta keterangan akan adnya air dan di sana ada sumur milik
seorang laki-laki dari bani Ghifar yang dinamakan sumur Rumat, dari sumur ini
dia menjual air per geriba satu mud, lalu kepadnya Nabi Muhammad shallaLLahu
alaihi wasallam bertanya: Apakah kamu jual saja sumur ini kepadaku dengan uang
surga? Laki-laki itu menjawab: Wahai Rasulullah aku dan semua keluargaku tidak
mempunyai apa- pa selain dari sumur itu. Lalu hal itu sampai pada Utsman, maka
dia membelinya dengan harga 35.000 dinar, kemudian dia datang menghadap Nabi
shallaLLahu alaihi wasallam. Dan bealiaupun bersabda: “Apakah kamu akan
menjadikan untukku dari sumur itu seperti apa yang aku jadikan untuknya. Dia
menjawab: Ya, Nabi bersabda: Aku jadikan sumur itu untuk kaum muslimin”.(HR.
Imam Baghawi, di dalam “As-Shahabah)
Imam Al KArmani berkata: Utsman
menyiapkan pasukan perangbeserta Sembilan ratus 50 ekor onta dan 50 ekor kuda,
dia datang menghadap Nabi shallaLLahu alaihi wasallamdengan membawa uang seribu
dinar dan kemurahan hati Utsman dan kedermawanannya tdak tergantung pada batas
dan peperangan sabilillah, yang perang itu sendiri adalah untuk membersihkan
iman dan pengujian bagi orang-orang yang menanggung kerugian.
Diriwayatkan pula bahwa pada
suatu ketika manusia sedang dilanda musibah kelaparan, maka mereka mengungsi di
sisi Utsman, lalu dia memperluas/ melapangkan mereka dan membeli makanan untuk
mereka yang cukup membat kenyang seluruh pasukan perang.
Pada suatu ketika orang-orang
datang menghadap Abu Bakar radhiyaLLahu anhu seraya berkata: “Wahai khalifah
Rasulullah, langit tak mau menurunkan hujan, bumi tak sudi menumbuhkan
tumbuhan, sungguh manusia sudah diambang kehancuran”. Abu Bakar radhiyallahu
anhu berkata: “Bubarlah kalian dan bersabarlah! Sesungguhnya aku sendiri juga
mengharap kepada Allah agar supaya mereka tidak tersentuh kehancuran itu
sehingga akan menyelamatkan kalian”.
Sahdan, ketika sore hari
sampailah berita bahwa onta Utsman bin Affan radhiyaLLahu anhu tlah datang dari
Syam dan bersinarlah kota Madinah. Oleh karena itu ketika telah datang
orang-orang pun keluar rumah dan menjemputnya, tiba-tiba yang datang itu
sebanyak 1000 ekor onta penuh muatan gandum, minyak dan anggur, langsung saja
menderum di depan pintu rumah Utsman radhiyaLLahu anhu. Maka setelah
barang-barang itu dimasukkan ke dalam rumahnya, datanglah para pedagang
menghadapnya. Utsman lalu menyapanya: “Ada maksud apa kalian kemari?”, Mereka
menjawab: “Tuan mestinya sudah mengerti maksud kedatangan kami. Kami bermaksud
hendak membeli barang yang baru saja sampai pada tuan dan tuan sendiri mestinya
mengerti kebutuhan orang”. Utsman menjawab,” Bagus dan menyenangkan, berapa kalian
member keuntungan kepadaku atas penjualanku itu?”, mereka menjawab,”per dirham
dua dirham”. Utsman berkata,”Beri tambah lagi!”, mereka menawar,”4 dirham”, dia
berkata lagi,”coba beri tambahan yang lebih banyak dari itu!”, mereka
menjawab:”Hai Abu Amrin (Utsman)sebenarnya di kota Madinah ini sudah tidak ada
lagi yang berani menawar lebih tinggi dari kami”’ Utsman berkata,”Sesungguhnya
Allah akan memberiku per dirham 10 kali lipat, maka akan aku jadikan sedekah
untuk fakir miskin kaum Muslimin”.
Demikian riwayat hidup sahabat
Utsman Bin Affan radhiyaLLahu anhu.
4. ALI BIN ABI THALIB
Ayahnya adalah:
Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf,
bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf.
Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani. Fathimah binti Asad melahirkan anaknya, Haidarah (Ali bin
Abu Thalib), di Ka'bah, pada dua puluh satu tahun sebelum hijrah. Ada yang
mengatakan, pada tahun ke tiga puluh dua dari kelahiran Rasulullah saw. Ia
adalah anak bungsu dari kedua orang tuanya, selain Ja'far, Uqail dan Thalib.
Dengan demikian,
jelaslah, Ali adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim
memiliki sejarah yang cemerlang dalam masyarakat
Mekkah. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang
mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah
Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya Haidarah.
Saat Abu Thalib mengalamai krisis ekonomi
karena kekeringan yang melanda, seperti yang dialami oleh orang-orang Quraisy,
Rasulullah saw menyarankan kepada kedua pamannya: Hamzah dan Abbas untuk turut membantu
meringankan beban saudaranya, Abu Thalib, dengan menanggung biaya hidup
anaknya. Maka keduanya pun memenuhi permintaan tersebut. Mengetahui hal itu,
Abu Thalib berkata kepada kedua saudaranya tersebut,: "Ambillah siapa yang
kalian ingini, namun tinggalkanlah Uqail, untuk tetap aku didik." Uqail
adalah anak yang paling disayangi oleh Abu Thalib. Maka Abbas mengambil Thalib,
Hamzah mengambil Ja'far dan Rasulullah saw mengambil Ali.
Nabi shallaLLahu alaihi wasallam bagi anak keponakannya, Ali
bin Abu Thalib, bertindak sebagai bapak, saudara, teman, dan guru pendidik. Dan
Ali pun menerima beliau pengganti kedua orang tua, dan keluarganya. Sehingga ia
pun terdidik dalam didikan Nabi Saw. Beliau memiliki beberapa keutamaan antara
lain: kemuliaan, kedermawanan, sifat pemaaf, kasih sayang dan hikmah yang
lurus.
Seperti diriwayatkan, ia tumbuh menjadi anak yang cepat
matang. Di wajahnya tampak jelas kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan,
dan ketegasan. Saat ia menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam
dakwah Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang
paling jelas adalah keikhlasannya untuk menjadi tameng Rasulullah Saw saat
beliau hijrah, dengan menempati tempat tidur beliau. Ia juga terlibat dalam
peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula yang telah
menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang
pertama.
BEBERAPA SIFAT DARI ALI BIN ABU
THALIB RADHIYALLAHU ANHU
Diriwayatkan bahwa keberaniannya menjadi perlambang para
kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan perang, maka
dapat dipastikan ia akan mengalahkannya.
Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam
perkara yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at.
Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan.
Ia makan cukup dengan berlauk-kan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan
dengan lututnya. Dan memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh
di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas.
Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan
berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk
tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi
umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan
seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian
butiran-butiran air di lautan.
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman
dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari
sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang
kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah
menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah 'anak' dari
kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat
adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.
Ia terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-ucapannya
mengandung nilai-nilai sastra Arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam
menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran,
dan hadits Rasulullah Saw, sehingga menambah benderang dan semerbak
kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra
Arab.
Ia amat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya, juga Rabb-nya.
Serta berbuat baik kepada kerabatnya. Amat mementingkan isterinya yang pertama,
Fathimah az Zahra. Dan ia selalu berusaha memberikan apa yang baik dan indah
kepada orang yang ia senangi, kerabatnya atau kenalannya.
Ia berpendirian teguh, sehingga menjadi tokoh yang namanya
terpatri dalam sejarah. Tidak mundur dalam membela prinsip dan sikap. Sehingga
banyak orang yang menuduhnya bodoh dalam politik, tipu daya bangsa Arab, dan
dalam hal melembutkan sikap musuh, sehingga kesulitan menjadi berkurang. Namun,
sebenarnya kemampuannya jauh di atas praduga yang tidak benar, karena ia tahu
apa yang ia inginkan, dan menginginkan apa yang ia tahu. Sehingga, di samping
kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah sebuah gunung yang kokoh, yang
mencengkeram bumi. Itu semua adalah cermin dari percaya dirinya, keimanannya,
dan keyakinanya terhadap Rabb-nya, lantas bagaimana mungkin ia menjadi lembek?
Ia dengan teguh menolak sikap yang tidak sesuai dengan
kebenaran, atau syari'ah, atau akhlak atau kemuliaan. Ia tidak peduli dengan
orang yang membenci, atau orang yang memusuhinya.
Beliau wafat diusia 63
tahun karena dibunuh oleh Abdurahman bin Muljam, dari golongan Khawarij
(pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19
Ramadhan,
menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40
Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf.
5. ZUBAIR BIN AWWAM
Namanya adalah
Zubair bin Awwam bin khuwailid bin Asad bin Uza bin Qushay, nasabnya bertemu
dengan nasab Rasulullah pada Qushay. Ibunya adalah sayyidah Al Fadhillah Al
Mujahidah Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Nabi shallaLLahu alaihi wasallam.
Isterinya adalah sayyidah Al Fadhillah Al Muhajirah Asma’ binti Abu Bakar Ash
Shidiq.
Beliau termasuk
salah seorang sahabat Assabiqun Al Awwalun (pendahulu pertama). Masuk Islam
melalui dakwah dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyaLLahu anhu ketika beliau masih
umur 15 tahun.
Beliau berhijrah
bersama sahabat-sahabat yang hijrah ke negeri Habasyah, kemudian berhijrah ke
Madinah demi pertolongan kepada Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam. Zubair
bin Awwam menghadiri seluruh pertempuran bersama RasuluLLah shallaLLahu alaihi
wasallam, beliau adalah seorang yang sangat pemberani.Dia adalah orang pertama
yang menghunus pedang di medan laga.
Di masa-masa awal, saat jumlah kaum
muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita
bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling
kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia. Yang
pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya
berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua
kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur. Di satu tempat, di
bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah
menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan
tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya
selalu diberi kemenangan.
Sekalipun Zubair
seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang
yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan
dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Di saat itulah
sang paman berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari
siksa ini.”
Meskipun masih muda belia, Zubair
menjawab dengan tegas, “Tidak! Demi Allah, aku tidak
akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.”
Di perang
hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang
memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa
prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan
bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan
Malik, ia langsung Menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik
mereka. Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan
kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan
pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Bukan karena
sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar
“Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang
luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira,
dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.
Di perang Jamal, seperti yang
tersebut dalam kisah Thalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir. Setelah ia
mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit
oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair
sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair. Setelah itu, si pembunuh
pergi menghadap Khalifah Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia
berharap kabar itu menyenangkan hati Ali karena yang ia
tahu, Ali
memusuhi Zubair. Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak
menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putra
Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”
Belia
terbunuh pada hari Kamis tanggal 10 Jumadil Akhir tahun 36 H, pada usia 67
tahun.
6.
THALHAH BIN UBAIDILLAH AT-TAMIMI
Namanya
adalah Thalhah bin Abdullah bin Usman bin Kaab bin Said bin Taimi bin Murrah
bin Ka’ab. Nasabnya bertemu RasuluLLah pada Murrah bin Ka’ab.
Kemurahan
dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani.
Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa.
Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama
masuk Islam, dimana saat itu satu orang bernilai seribu orang. Sejak awal
keislamannya hingga akhir hidupnya ia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya
selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi
berkhianat. Thalhah masuk Islam melalui dakwahyang dilakukan oleh Abu Bakar
Assiddiq ra.
Setelah menyatakan keislamannya di
hadapan Muhammad SAW. Thalhah dan Abu Bakar ra. pun pergi. Tapi di tengah jalan
mereka dicegat oleh Nofal bin Khuwalid yang dikenal dengan “Singa Quraisy”,
yang terkenal kejam dan bengis. Nofal kemudian memanggil gerombolannya untuk
menangkap mereka. Ternyata Thalhah dan Abu Bakar tidak hanya ditangkap saja,
mereka diikat dalam satu tambang. Semua itu dilakukan Nofal sebagai siksaan
atas keislaman Thalhah
Oleh karena itulah Thalhah dan Abu
Bakar ra. dijuluki “Alqori-nain” atau “dua serangkai”. Dan sesudah masuk Islam
Thalhah selalu mendampingi Rasulullah SAW.
Thalhah adalah seorang lelaki yang
gagah berani, tidak takut menghadapi kesulitan, kesakitan dan segala macam
ujian lainnya. Ia orang yang kokoh dalam mempertahankan pendirian meskipun
ketika di jaman jahiliyah. Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu Bakar ra.
selalu teringat pada Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang
menjumpai Rasulullah SAW. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata
kepada kami: “Lihatlah saudaramu ini.” Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah
terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.
Sewaktu
terjadi pertempuran “Al Jamal”, Thalhah bertemu dengan Ali ra. Ali
memperingatkannya agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah
mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama
kemudian karena lukanya yang cukup dalam, ia wafat. Thalhah wafat pada usia 60
tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra.
6. ABDURRAHMAN BIN AUF
Namanya pada
masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu
Nabi s.a.w. menggantikannya menjadi Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah
Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin
Murrah al-Qurasyi al-Zuhri. Nasabnya bertemu dengan Nabi s.a.w. pada Kilab bin
Murrah. Kinayahnya adalah Abu Muhammad sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr.
Ibunya bernama Asysyifa binti 'Auf bin Abdu bin al-Harits bin Zuhrah.
Abdurrahman bin
'Auf dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun Gajah dan umurnya lebih lebih
muda dari Nabi selama sepuluh tahun karena Nabi dilahirkan pada tahun gajah
yaitu tanggal 20 April 571M. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan pada tahun
581M.
Dia masuk agama Islam pertama dari
dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyaLLahu anhu, maka dia
adalah termasuk salah seorang dari delapan orang pendahulu Islam. Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Sehingga
beliau termasuk sahabat NAbi shallaLLahu alaihi wasallam yang kaya raya dan
sangat dermawan. Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin
melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak
perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus
‘uqiyah emas dan menginfakkannya di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin
Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa
karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka
bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau
tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah
meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku
infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang
dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang
banyak.”
Suatu ketika datanglah kafilah dagang
Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang membawa
kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk
pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah
datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku
mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan
keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman
mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang
tersebut.” Dan masih banyak lagi kisah kedermawanan beliau. KEISTIMEWAAN
ABDURRAHMAN BIN AUF
Rasulullah
pernah shalat di belakang beliau pada saat perang Tabuk, Beliau termasuk
sahabat yang faqih di dalam masalah Agama, Calon penghuni surga, Sahabat yang
mendapat perhatian khusus dari Rasulullah shallaLLahu alaihi wasallam, Beliau
adalah sahabat yang tawadhu’
Abdurrahman bin
Auf meninggal pada tahun 31H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32H
ketika berumur 75tahun. Dalam pendapat lain disebutkan berumur 72tahun. Beliau
dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan wasiatnya.
Abdurrahman
bin Auf meninggalkan dua puluh delapan anak lelaki dan delapan anak
perempuan. Hal yang sangat menarik sekali bahwa walaupun sudah menyumbangkan
hampir keseluruhan hartanya di jalan Allah SWT. namun beliau masih meninggalkan
harta warisan yang sangat banyak sekali. Dalam sebuah riwayat dari Muhammad,
beliau menceritakan bahwa di antara harta peninggalan Abdurrahman bin Auf
adalah emas murni sehingga tangan para tukang merasa kewalahan (lecet) untuk
membagikannnya dan empat orang isterinya masing-masing menerima harta warisan
sebanyak delapan puluh ribu dinar.
7. ABU UBAIDAH BIN JARRAH
Abu
Ubaidah Amir bin Abdullah bin Al Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al
Harits bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah. termasuk orang yang pertama
masuk Islam, beliau memeluk Islam selang sehari setelah Abu Bakar As Shiddiq memeluk Islam. Beliau
masuk Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazun dan Arqam bin Abu
al-Arqam, di tangan Abu Bakar as Shiddiq. Kualitasnya dapat kita ketahui
melalui sabda Nabi saw: “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan,
dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.”
Abu Ubaidah bin Jarrah juga ikut
berperang bersama Rasulullah saw, beliau sangat terkenal dengan kepahlawanan
dan pengorbanan, saat perang Badar berkecamuk, Abu Ubaidah bin Jarrah melihat
bapaknya berada ditengah kaum musyrikin maka diapun menghindar darinya, namun
bapaknya berusaha ingin membunuh anaknya. Maka tidak ada jalan lain untuk
menghindar baginya kecuali melawannya, dan bertemulah dua pedang yang saling
berbenturan dan pada akhirnya orang tua yang musyrik mati ditangan anaknya yang
lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya daripada orang tuanya hingga turunlah
ayat, (QS. Al-Mujadilah : 22).
Ketika dalam perang Uhud, pasukan
muslimin kucar kacir dan banyak yang lari meninggalkan pertempuran, justeru Abu
Ubaidah bin Jarrah berlari untuk mendapati Nabinya tanpa takut sedikit pun
terhadap banyaknya lawan dan rintangan. Demi didapati pipi Nabi terluka, yaitu
terhujamnya dua rantai besi penutup kepala beliau, segera ia berusaha untuk
mencabut rantai tersebut dari pipi Nabi saw.
Abu Ubaidah bin Jarrah mulai mencabut
rantai tersebut dengan gigitan giginya. Rantai itu pun akhirnya terlepas dari
pipi Rasulullah saw. Namun bersamaan dengan itu pula gigi seri Abu Ubaidah bin
Jarrah ikut terlepas dari tempatnya. Abu Ubaidah bin Jarrah tidak jera.
Diulanginya sekali lagi untuk mengigit rantai besi satunya yang masih menancap
dipipi Rasulullah saw hingga terlepas. Rasulullah saw memberinya gelar “Gagah
dan Jujur”.
Wafatnya
Abu Ubaidah bin Jarrah
Beliau wafat sedang umurnya 58 tahun,
beliau dishalatkan oleh Mu’adz bin Jabal, dan dikebumikan di desa Baisan, Syam.
Setelah beliau terserang penyakit kusta yang menyerang negeri Syam. Abu Ubaidah
meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw sebanyak 14 hadits.
8. SA’AD BIN ABU WAQASH
Namanya adalah
Sa’ad bin abu Waqash bin Wahhab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah
, nasabnya berkumpul bersama nasab beliau Nabi shallaLLahu alaihi wasallam pada
Kilab bin Murrah. Beliau diberi gelar Abu Ishaq. Ibunya bernama Hannah binti
Sufyan bin Abdu Syams yang belum masuk agama Islam.
Malam telah
larut, ketika seorang pemuda bernama Sa’ad bin Abi Waqqash terbangun dari
tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat mencemaskan. Ia merasa terbenam
dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak, nafasnya terengah-engah,
keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya gelap-gulita. Dalam keadaan yang
demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari langit yang
terang-benderang. Maka dalam sekejap, berubahlah dunia yang gelap-gulita
menjadi terang benderang dengan cahaya tadi. Cahaya itu menyinari seluruh rumah
penjuru bumi. Bersamaan dengan sinar yang cemerlang itu, Sa’ad bin Abi Waqqash
melihat tiga orang lelaki, yang setelah diamati tidak
lain adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar bin Abi Quhafah dan Zaid bin
Haritsah.
Pada suatu hari tabir mimpi Sa’ad mulai
terbuka, ketika Abu Bakar As Siddiq mendatangi Sa’ad di tempat pekerjaannya
dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad Saw, sebagai Rasul
Allah. Ketika Sa’ad bertanya, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada
Muhammad Saw, dijawab oleh Abu Bakar As Siddiq, dirinya sendiri, Ali bin Abi
Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Muhammad Saw, mengajak manusia menyembah Allah
Yang Esa, Pencipta langit dan bumi. Seruan ini telah mengetuk pintu hati Sa’ad
untuk menemui Rasulullah Saw, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Kalbu
Sa’ad telah disinari cahaya iman, meskipun usianya waktu itu baru menginjak
tujuh belas tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk
Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.
Cahaya agama Allah yang memancar ke dalam kalbu Sa’ad, sudah demikian kuat,
meskipun ia mengalami ujian yang tidak ringan dalam memeluk agama Allah ini.
Diantara ujian yang dirasa paling berat
adalah, karena ibunya yang paling dikasihi dan disayanginya itu tidak rela
ketika mengetahui Sa’ad memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, Sa’ad telah
melaksanakan shalat dengan sembunyi-sembunyi di kamarnya. Sampai pada suatu
saat, ketika ia sedang bersujud kepada Allah, secara tidak sengaja, ibu yang
belum mendapat hidayah dari Allah ini melihatnya. Dengan nada sedikit marah,
Hamnah bertanya : “Sa’ad, apakah yang sedang kau lakukan ?” Rupanya Sa’ad
sedang berdialog dengan Tuhannya; ia tampak tenang dan khusyu’ sekali. Setelah selesai menunaikan Shalat,
ia berbalik menghadap ibunya seraya berkata lembut. “Ibuku sayang, anakmu tadi
bersujud kepada Allah Yang Esa, Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya. Mendengar jawaban anaknya, sang ibu mulai naik darah dan
berkata : “Rupanya engkau telah meninggalkan agama nenek moyang kita, Tuhan
Lata, Manata dan Uzza. Ibu tidak rela wahai anakku. Tinggalkanlah agama itu dan
kembalilah kepada agama nenek moyang kita yang telah sekian lama kita anut”.
“Wahai ibu, aku tidak dapat lagi menyekutukan Allah, Dia-lah Dzat Yang Tunggal,
tiada yang setara dengan Dia, dan Muhammad adalah utusan Allah untuk seluruh
umat manusia,” jawab Sa’ad.
Kemarahan ibunya semakin menjadi-jadi,
karena Sa’ad tetap bersikeras dengan keyakinannya yang baru ini. Oleh karena
itu, Hamnah berjanji tak akan makan dan minum sampai Sa’ad kembali taat memeluk
agamanya semula.
Tetapi Sa’ad
tetap pada pendiriannya, ia tak hendak menjual agama dan keimanannya kepada
Allah dengan sesuatupun, sekalipun dengan nyawa ibu yang dicintainya. Imannya
telah membara, cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya telah sedemikian dalam. Di
depan matanya ia menyaksikan keadaan ibunya yang meluluhkan hatinya, namun dari
lidahnya keluar kata-kata pasti yang membingungkan lbunya; Demi Allah,
ketahuilah wahai ibunda sayang, seandainya ibunda memiliki seratus nyawa lalu
ia keluar satu persatu, tidaklah nanda akan meninggalkan agama ini walau ditebus
dengan apa pun juga. Maka sekarang, terserah kepada ibunda, apakah ibunda akan
makan atau tidak”. Kata kepastian yang diucapkan anaknya dengan tegas membuat
ibu Sa’ad bin Abi Waqqash tertegun sesaat.
Akhirnya ia mulai mengerti dan sadar,
bahwa anaknya telah memegang teguh keyakinannya. Untuk menghormati ibunya,
Sa’ad kembali mengajaknya untuk makan dengannya, karena ibu ini telah merasakan
kelaparan yang amat sangat dan ia telah memaklumi pula bahwa anak yang
dicintainya tidak akan mundur setapakpun dari agama yang dianutnya, maka ibu
Sa’ad mundur dari pendiriannya dan memenuhi ajakan anaknya untuk makan bersama.
Turunlah firman Allah yang menyokong pendirian Sa’ad bin Abi Waqash: (Q.S.
Luqman: 14-15).
Demikianlah,
keimanan Sa’ad bin Abi Waqqash kepada Allah dan Rasul-Nya telah mendapat
keridhaan Ilahi.
Pada suatu hari,
ketika Rasulullah saw, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau
menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasul kembali
menatap kepada sahabatnya dengan berkata : “Sekarang akan ada di hadapan kalian
seorang laki-laki dari penduduk surga”. Mendengar ucapan Rasulullah saw, para
sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah
gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga.
Tidak lama
berselang datanglah laki-laki yang ditunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash.
Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi
Waqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah.
Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kesatriaannya. Pertama, Sa’ad
adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan
juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Dan yang kedua, Sa’ad adalah
satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah saw dengan jaminan kedua orang
tua Nabi Saw. Bersabda Nabi Saw, dalam perang Uhud :”Panahlah hai Sa’ad !
Ayah-Ibuku menjadi jaminan bagimu”. Sa’ad bin Abi Waqqash, hampir selalu
menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.
Beliau menghembuskan
nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama
yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para Syuhada.
10. SA’ID BIN ZAID
Said bin Zaid
bin ‘Amr bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Riah bin Abdullah bin Qotha bin Razah
bin ‘Adi bin Ka’ab bin Luai. Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pada Ka’ab bin Luai. Dia mempunyai nama julukan yaitu Abu
A’war, dia termasuk dari orang-orang muhajirin (yang berhijrah pertama kali).
Beliau di lahirkan di Makkah pada tahun 22 sebelum hijrah.
Beliau masuk
Islam sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki Darul
Arqom, yang beliau jadikan maskas dakwah waktu itu, beliau radhiyallahu
‘anhu termasuk orang yang pertama masuk islam, yaitu setelah tiga belas
orang shahabat mendahuluinya. Keislaman beliau dengan perantaraan dakwah Abu
Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.Pada suatu hari tabir mimpi Sa’ad
mulai terbuka,
Sa’id bin Zaid masih merahasiakan
keimanannya dan dia sangat sabar menghadapi siksaan yang berasal dari kaumnya,
sehingga dia pun tidak diusir dari Makkah,s eperti yang dialami
sebelumnya oleh orang tuanya. Akan tetapi kemudian, ‘Umar mengetahui keimanan
Sa’id. ‘Umar pun bermaksud
membunuhnya, lalu dia memukulnya hingga darah mengalir dari wajah Sa’id . Akan
tetapi, kesabaran Sa’id dalam menghadapi sikap ‘Umar inilah yang menjadi salah
satu faktor penyebab masuknya ‘Umar radhiallahu ‘anhu ke dalam Islam,.
Sa’id pergi
berhijrah ke Madinah bersama istrinya, Fathimah. Sebelum terjadinya perang
Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memilihnya
dan mengutusnya untuk pergi bersama Thalhah bin Ubaidillah dengan tujuan agar
dia mengetahui jumlah pasukan kaum musyrikin dan mematai gerak-gerik mereka.
Oleh karena itu, Sa’id pun tidak ikut serta dalam peperangan Badar. Akan tetapi,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberinya
bagian ghanimah (harta rampasan) yang diperoleh dalam perang tersebut.
Dia dianggap seperti orang yang ikut serta dalam perang itu.
Setelah itu
Sa’id ikut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Dia bertempur dengan menggunakan pedangnya dan
beriman dengan menggunakan hatinya. Bahkan pada suatu hari dia pernah berada
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di gua Hira’ dengan
para shahabat lainnya. Ketika itu tiba-tiba gunung Hira’ bergetar, maka
nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Tenanglah, wahai
Hira’, karena sungguhnya tidak ada yang berada di atasmu, kecuali seorang nabi,
seorang yang sangat jujur (ash-shiddiq), dan seorang syahid.”
Sa’id merupakan salah satu dari sepuluh
orang yang mendapat kabar gembira bakal masuk surga. Semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala meridhoinya. Dia memegang teguh janjinya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk memerangi kaum musyrikin di negeri Persia, sehingga
melalui tangannya dan juga tangan shahabat-shahabatnya, Allah pun memadamkan
api yang menjadi sesembahan kaum Majusi ; dan berkat perjuangannya pula
para penduduk Persia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Setelah penaklukan terhadap negeri
Persia selesai, Sa’id tidak tinggal diam. Dia mengangkat pedang dan
barang-barangnya untuk pergi ke negeri-negeri lain yang sedang di perangi oleh
kaum muslimin. Kali ini sasarannya adalah negeri Syam dimana pada saat itu
sedang berlangsung pertempuran yang sangat menentukan antara kaum
muslimin dengan bangsa Romawi, yaitu perang Yarmuk.
Keutamaan Sa’id
bin Zaid
Tidak diragukan lagi bahwa Sa’id bin
Zaid adalah seorang shahabat yang mempunyai banyak keutamaan, dan diantara
keutamaan beliau adalah:
1. Beliau termasuk orang yang pertama
masuk islam, dan keislaman beliau sebelum keislaman Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma.
2. Beliau adalah termasuk sepuluh orang
yang diberikan kabar gembira masuk surga. Imam at-Tirmizi meriwayatkan bahwa
Abdurrahman bin ‘Auf berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga,
Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman binAuf di surga, sa’ad bin Abi
Waqas di surga, Sa,id bin Zaid di surga, dan Abu Ubaidah di surga”.(Bab Manaqib
Abdurrahman bin Auf az-Zahiri radhiyallahu ‘anhu).
3. Beliau mempunyai doa yang di kabulkan
Allah Ta’ala, diriwayatkan bahwa Arwa binti Uwais menemui Marwan bin
Hakam (yang saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah), dan mengadukan
permasalahannya dengan Sa’id bin Zaid, dan mengatakan: “Dia(Sa’id) telah
mendhalimiku, dan dia merampas hakku, (Sa’id adalah tetangga Urwah di
daerah al-‘Aqiq), maka Sa’id berkata: “Apa?!, aku mendhalimi Arwa terhadap
haknya!, demi AllaAh aku telah memberikan kepadanya enam ratus depa dari tanah
milikiku, dan ini aku lakukan karena aku mendengar hadis dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang
mengambil dengan dhalim sejengkal tanah (milik orang lain -red), maka Allah
akan pikulkan baginya tujuh lapis bumi pada hari kiamat”. Berdilah engkau wahai
Arwa, dan ambilah (tanah) yang engkau akui bahwa itu milikmu”. maka Arwapun berdiri,
dan dia masih menutupi kebenaran terhadap hak Sa’id, maka Sa’id berkata:
“Ya Allah seandainya dia seorang yang dhalim, maka butakanlah matanya, dan dan bunuhlah
ia pada tanah tersebut, dan jadikanlah kuburannya di sumurnya”. Maka tidak
lama berselang waktu dari hari itu, butalah mata Urwah, kemudian dia berjalan
di tanahnya tersebut, yang mana tanah itu tidak rata, maka iapun terjatuh ke
dalam sumur, yang ia mati karenanya, dan sumur di jadikan sebagai kuburan
baginya”.
4. Beliau adalah seorang shahabat yang
mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wafat Sa’id bin Zaid
Para ahli sejarah berkata bahwa Sa’id
bin Zaid wafat di daerah al-‘Aqiq, ia di mandikan oleh Sa’ad bin Abi Waqas, dan
di shalatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhum.
Amr
bin Ali berkata: “Bahwa Sa’id wafat pada tahun 51 H, yang nama umur beliau
ketika itu tujuh puluh tahunan lebih, beliau di kebumikan di Madinah, (pada
saat akan di kuburkan -red) Sa,ad bin Abi Waqas dan Abdullah bin Umar masuk kedalam
kuburnya”.
Pontianak, 4 Ramadhan 1433 H/ 23 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar