Oleh: Abu Mahir
Nanang Zakaria, S.Pd.I
Pembaca muslim yang dirahmati Allah Ta’ala
Akhlaq Al-Karimah di dalam Islam
merupakan salah satu komponen penting yang harus dibangun oleh setiap pribadi
Muslim, karena akhlaq memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Sehingga
Islam adalah agama akhlaq. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasulullah yang
menghubungkan antara Aqidah dengan akhlaq. Perhatikan sabda Rasulullah
shallaLlahu ‘alaihi wasallam:
عن
أبي هريرة رضي الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من كان يؤمن بالله
واليوم الأخير فليكرم جاره و من كان يؤمن بالله واليوم الأخير فليكرم ضيفه و من
كان يؤمن بالله واليوم الأخير فليقل خيرا او ليصمت (رواه البخارى و مسلم)
Dari Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam.”(HR. Al-Bukhory
dan Muslim)
Hadits di atas menjelaskan bahwa ada
korelasi antara aqidah dengan akhlaq, sehingga Apabila aqidah seseorang buruk
maka akhlaqnya pun buruk, tetapi manakala aqidah seseorang itu baik maka
akhlaqnya pun baik.
Ulama’ membedakan antara akhlaq dengan
moral atau budi pekerti. Akhlaq adalah mengikuti aturan-aturan Allah yang telah
diejawantahkan oleh baginda Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan sebuah
hadits:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أنّ رسول الله صلى
الله عليه وسلم قال إِنَّمَا
بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ (وَفِي رِوَايَةٍ صَالِحَ) الأَخْلاَقِ
(رواه البخاري)
Dari Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Sesungguhnya aku (Nabi
shollallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
(dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)” (HR.
Al-Bukhory).
Akhlaq memiliki
sifat kamil dan syamil (tak terbatas, universal dan sempurna).
Sedangkan moral atau budi pekerti adalah mengikuti aturan-aturan yang dibuat
oleh manusia dan sifatnya terbatas. Sehingga boleh jadi suatu perkara sudah
dianggap sesuai dengan moral suatu suku atau bangsa tetapi dinilai tidak
bermoral oleh suku atau bangsa yang lain.
Ramadhan merupan momentum yang baik untuk membina
akhlaq setiap muslim, karena di bulan nan suci ini kita sedang di tarbiyah oleh
Allah Ta’ala untuk menjadi hamba yang berakhlaq al-karimah. Terdapat banyak
hadits menerangkan hal ini, antara lain:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلّ
الله عليه وسلّم : إذا كان يوم صومٍ أحدكم فلا يرفث ولا يصخب فإن سابّه أحدٌ أو
قاتله فليقل إنّي صائمٌ. (متفق عليه)
Dari Abu
Hurairah r.a berkata Rasulullah saw. bersabda : Apabila salah seorang
diantaramau puasa maka janganlah berkata keji dan janganlah berkata keras
(mencaci), maka apabila ada yang mencaci atau mengajaknya berkelahi maka
katakan: sesungguhnya aku sedang berpuasa. (HR. Al Bukhory dan Muslim)
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلّ
الله عليه وسلّم : من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه
وشرابه (رواه البخارى)
Dari Abu
Hurairah r.a berkata Rasulullah saw. bersabda : Barang siapa yang tidak
meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor,
maka Allah swt. tidak mempunyai keperluan dengan meninggalkan makan dan
minumnya. (HR. Al-Bukhory)
Dari kedua
hadits di atas jelas bagi kita bahwa Allah tidak akan menerima puasa seorang
hamba apabila ia tidak bisa menjaga akhlaqnya. Dengan demikian salah satu
tujuan Allah mengadakan penataran akbar melalui ibadah puasa ini adalah untuk
mentarbiyah akhlaq umat Islam. Karena memang inilah salah satu dari kriteria tanda
bagi seorang yang bertaqwa. Bukankah tujuan utama puasa adalah agar tercipta
hamba-hamba yang bertaqwa. Mari kita perhatikan bersama firman Allah yang
menunjukkan bahwa akhlaq merupakan cirri-ciri orang yang bertaqwa:
(#þqããÍ$yur 4n<Î)
;otÏÿøótB
`ÏiB
öNà6În/§
>p¨Yy_ur
$ygàÊótã
ßNºuq»yJ¡¡9$#
ÞÚöF{$#ur
ôN£Ïãé&
tûüÉ)GßJù=Ï9
ÇÊÌÌÈ tûïÏ%©!$#
tbqà)ÏÿZã
Îû
Ïä!#§£9$#
Ïä!#§Ø9$#ur
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur
xáøtóø9$#
tûüÏù$yèø9$#ur
Ç`tã
Ĩ$¨Y9$#
3
ª!$#ur
=Ïtä
úüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÊÌÍÈ úïÏ%©!$#ur
#sÎ)
(#qè=yèsù
ºpt±Ås»sù
÷rr&
(#þqßJn=sß
öNæh|¡àÿRr&
(#rãx.s
©!$#
(#rãxÿøótGó$$sù
öNÎgÎ/qçRäÏ9
`tBur
ãÏÿøót
UqçR%!$#
wÎ)
ª!$#
öNs9ur
(#rÅÇã
4n?tã
$tB
(#qè=yèsù
öNèdur
cqßJn=ôèt
ÇÊÌÎÈ
Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran [3]: 133-135)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang
bertaqwa adalah orang yang mampu menafkahkan hartanya baik dikala lapang maupun
sempit, yang mampu menahan amarahnya dan mudah memaafkan kesalahan orang lain,
segera menyadari ketika berbuat kesalahan dan bertobat dan semua ini adalah
bagian daripada akhlaqul karimah.
Ketika kita melihat realita yang terjadi
pada saat sekarang ini, kenapa umat Islam dilecehkan bahkan dihina oleh umat
yang lain, karena umat Islam telah jauh dari akhlaq Islamy. Sebagaimana kita
ketahui bersama banyak kasus kriminal yang dilakukan oleh ummat Islam. Mulai
dari korupsi, pembunuhan, pencurian, perampokan dll. Bahkan di beberapa media
masa diberitakan tentang kasus korupsi pengadaan Al-qur’an. Astaghfirullah,
sudah sedemikian parahkah akhlaq umat islam, sampai kitab sucipun di korupsi.
Bagaimana kita bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin, bagaimana kita bisa
menjadi suri tauladan yang baik bagi seluruh alam, jika kita masih jauh dari
akhlaq Islamy.
Untuk itu para pembaca muslim yang
dirahmati Allah Ta’ala mari kita jadikan momentum yang terbaik ini untuk
mentarbiyah akhlaq kita, kita kembalikan kejayaan Islam ini dengan senantiasa
berlomba-lomba memperbaiki akhlaq al-karimah.
Allahu a’lam bishshowwab
Pontianak, 11
Ramadhan 1433 H/ 30 July 2012 M