Diberdayakan oleh Blogger.

Translate


RSS

Kamis, 20 Juni 2013

MELAHIRKAN GENERASI RABBANI

                                                     Oleh: Ustadz Nanang Zakaria, S.Pd.I
Generasi rabbany adalah generasi yang memiliki kualitas dari segi agama, keimanan dan akhlaqul karimah. Islam sangat peduli terhadap kualitas generasi penerusnya. Untuk itulah Allah ta’ala mengingatkan kepada setiap orang tua muslim agar senantiasa mempersiapkan generasi unggulan, dan hendaknya mereka takut jika meninggalkan generasi yang lemah fisik, mental dan keimanannya. Allah berfirman:
|·÷uø9ur šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´ƒÏy ÇÒÈ  
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa [4]: 9)
Melahirkan generasi rabbany merupakan tanggung jawab setiap orang tua muslim. Untuk itulah Rasulullah shaLlahu ‘alaihi wasallam menganjurkan agar memilih pasangan hidup yang lebih menjadi prioritas adalah agamanya. Beliau bersabda yang artinya:
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena agamanya, nasabnya, hartanya dan kecantikannya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat (HR. Bukhari, Muslim). Demikian juga yang dilakukan oleh Amirul mukminin Umar Ibnul Khaththab ra. Saat menikahkan Ashim dengan gadis penjual susu, yang ia tidak mau curang dengan mencampur air ke dalam susu yang akan dijualnya, walaupun ibunya menyuruh melakukan hal itu. Umar berharap kelak akan lahir generasi rabbani yang mampu memimpin umat. Beliau berkata: “"Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”. Dan terbuktilah dari Rahim sang gadis penjual susu ini lahirlah anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan Ummu Ashim. Dan dari rahim Laila inilah lahir seorang adalah seorang khalifah yang adil lagi bijaksana persis seperti kakeknya, Umar bin Khatab. Anak itu adalah Umar bin Abdul Aziz, khalifah kedelapan dari Bani Umayyah yang oleh para ulama disebut sebagai khalifah kelima dari Khulafaur Rasyidin karena jasa-jasa beliau menghidupkan sunnah ketika ia mulai meredup.
                Al-Qur’an memperingatkan kepada kita bahwa ada 4 tipe anak yang harus diwaspadai dan hendaknya menjadikan pelajaran bagi orang tua. 4 tipe itu adalah:
1.    Anak hanya menjadi perhiasan dunia saja
“harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia “ (QS. Al-Kahfi[18]: 46). Ada tipe anak yang hanya menjadi kebanggaan orang tuanya ketika di dunia saja. Mungkin karena ketampanannya, kecantikannya, kesuksesannya dalam berbisnis, menjadi PNS dll. Tetapi ia tidak memiliki salimul aqidah (aqidah yang benar), tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya sering berbuat maksiat, jarang sholat dll. Maka tipe anak seperti ini hanya dapat menjadi kebanggaan orang tuanya ketika di dunia saja, sementara di akhirat kelak ia akan tersesat.
2.    Menjadi musuh bagi kedua orang tuanya
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka….”(QS. At-Taghabun [64]: 14). Sebagaimana yang telah kita saksikan dan dengar bersama, baik melalui media elektronik, media cetak atau media masa yang lainnya. Sering terjadi anak memukul orang tuanya, memperkosa orang tuanya bahkan mereka berani membunuh orang tuanya. Padahal Allah berfirman yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa [17]: 23). Jika diperhatikan dari ayat di atas, jelas yang harus dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya adalah hendaknya ia besikap yang baik, bahkan dilarang mengucapkan “ah” atau kata yang semisalnya. Namun ralita yang terjadi dewasa ini justru banyak anak yang menjadi musuh bagi kedua orang tuanya. Na’udzu billah.
3.    Menjadi cobaan kedua orang tuanya
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun [64]: 15). Ada tipe anak yang semasa hidupnya hanya menjadi ujian dan cobaan bagi orang tuanya. Di sekolah sering berkelahi, sering malak, tawuran, iuran tak pernah dibayarkan, masuk penjara, jadi konsumen dan pengedar narkoba. Di masyarakat ia selalu meresahkan dengan aksi-aksinya yang mengganggu dan merugikan.
4.    Menjadi anak yang sholih, penyenang hati dan pemimpin orang bertaqwa
”Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqan [25]: 74). Tentunya tipe ke 4 inilah yang menjadi dambaan setiap orang tua dan dambaan Islam. Inilah generasi rabbani.
                Dalam pandangan Islam,keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak-anak. Keluarga- lah yang memiliki andil besar dalam mengenalkan dan menanamkan prinsip-prinsip keimanan.  Keluarga pula yang punya kesempatan besar membentuk aqliyah dan nafsiyah yang Islami. keluarga merupakan cermin keteladanan bagi generasi baru. Oleh karena itu, perhatian keluarga terhadap pendidikan generasi menjadi salah satu faktor penting dalam melahirkan generasi rabbani.  Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak Itu beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori) Secara umum tanggung jawab keluarga dalam pendidikan generasi anak adalah pertama, menanamkan keimanan dan aqidah yang benar sebagai dasar bagi anak untuk menjalani aktivitas hidupnya. Hal ini seperti pengajaran Lukmanul Hakim pada anaknya dalam Al-Qur’an : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran sekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman[31] : 13) Kedua, mengantarkan dan mendampingi anak meraih dan mengamalkan ilmu setinggi- tingginya dalam koridor taqwa. Pengkajian terhadap tsaqofah Islam merupakan prioritas bagi pendidikan anak, sebab hal ini akan mengantarkan anak menjadi faqih fid Diin. Bila orang tua tidak mampu mengajarkannya sendiri, maka orang tua harus mencarikan jalan agar anaknya dapat mendalami tsaqofah Islam. Pendalaman dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan umum apapun semata-mata karena dorongan keimanannya. Sehingga usaha untuk menguasai dan mengembangkan ilmu bukan atas dasar imbalan materi yang akan didapatkan di masa depan, tetapi diutamakan pengalamannya mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia dan pahala serta kemuliaan bagi dirinya. Ketiga, memberikan keteladanan dan membiasakan beramal sholih. Agar anak terbiasa dengan lingkungan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Keempat, Mengenalkan dan mengajarkan cinta pada Rasulullah saw, keluarga dan para sahabatnya. Dengan menceritakan siroh mereka dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau saw. Tidak melakukan bid’ah, khurafat dan tahayul. Kelima, membentengi anak dari virus sipilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme) agar kelak anak tidak menjadi para penentang agama.

                Melahirkan generasi rabbani adalah sebuah keniscayaan, asalkan orang tua bersungguh sungguh dalam mengupayakannya. Tentunya dalam mewujudkannya pasti banyak rintangan dan halangan. Apalagi musuh bebuyutan manusia tidak akan pernah tingal diam menyaksikan musuhnya menjadi umat yang di ridhoi Allah swt dan selamat dunia dan akhirat. Namun hal itu justru menjadi tantangan bagi umat manusia agar senantiasa berusaha dan tidak putus asa dari rahmat Allah swt. Mari bersama melahirkan generasi rabbani. Tamat.